Jumat, 05 September 2008

Legenda Surabaya Kota Terpanas

“Heran sampe detik ini saya masih tidak tahu pasti mengapa Surabaya panasnya begitu brutal?, mengapa Surabaya mendapatkan giliran terakhir dilewati hujan?”, setidaknya harus ada penjelasan yang tidak logis untuk hal ini. Kalo pejelasan logisnya seperti diketahui bersama karena letak geografis Kota Surabaya memang daerah pesisir yg rendah.

Seingat saya waktu saya kecil tak seorang pun yang mendongengkan ke saya tentang legenda asal-usul Surabaya mengapa Surabaya di kutuk sepanjang masa dengan terik panas mataharinya…seperti halnya legenda asal-usul Takuban Perahu, legenda Malin Kundang, atau legenda-legenda lain tetang asal-usul suatu daerah. Mungkinkah nenek moyang kita yg di Surabaya lupa menyiarkan ke anak cucunya tentang legenda itu.

“Ok begini saja…saya jadi curiga mengapa Surabaya menjadi kota terpanas.”

Mungkin jaman dulu sebelum tragedy Sura dan Baya berkelahi terjadi, hiduplah seorang raja yg tidak popular yang membuang salah satu putrinya karena kulitnya hitam legam berbeda dgn kulit kakak-kakaknya putih dan halus.

Atas pertimbangan menjaga nama baik keluarga kerajaan akhirnya putri bungsu itu dibuang di suatu daerah yg tidak diketahui sampai sekarang. Di tempat pembuangannya tsb si putri berdoa tiap hari agar dapat berkumpul kembali dgn keluarganya tanpa dibeda-bedakan. Karena si putri berdoa setiap hari maka didengarlah doa tsb oleh penguasa alam dan dikutuklah daerah dimana raja dan kakak-kakaknya tinggal (sekarang Surabaya) menjadi kota yang paling terik. Karena daerah tsb menjadi panas maka kulit kakak-kakaknya yg dulunya putih bersih kini berubah menjadi hitam legam sama seperti kulit putri si bungsu. Kemudian raja yg tidak popular tadi mencari putri bungsunya untuk hidup bersama kembali karena kulit anak-anaknya sekarang sudah tidak ada perbedaan.

Mungkin cerita inilah yang akan saya ceritakan ke anak cucu saya kelak kalo mereka meminta saya bercerita legenda asal usul Surabaya mengapa Surabaya panasnya luar biasa.